Pijat “Asal” – 2
Pijat “Asal” – 2
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Wow! As you wish, darling! Seruku dalam hati melonjak kegirangan. Dalam hitungan detik, tanganku telah berpindah ke pinggul belakangnya sambil memijit sebisanya. Karena sudah ‘diperintahkan’, saya tidak takut lagi untuk memijit punggungnya dengan ‘merogoh’ ke balik kaosnya yang longgar, namun tanganku mentok diatas pinggangnya karena terhalang oleh karet roknya yang melingkari pinggangnya dengan ketat.
Menyadari hal itu, Noni segera menunggingkan pantatnya sejenak sambil membuka kaitan roknya (berupa bahan yang bisa direkatkan kembali, saya Nggak tahu namanya) lalu kemabali ke posisi semula. Akibat ‘perbuatannya’ itu, maka si rok itu kini lebih tepatnya hanya berfungsi sebagai sebuah hiasan yang ‘bertengger’ di atas pantat padatnya!
“Eh bentar..,” katanya sambil mengulang posisi barusan lalu meloloskan kedua tangannya dari kaosnya sehingga kaosnya kini hanya ‘menggakntung’ di lehernya. Setelah itu ia kembali tengkurap.
Wow! Saya suprise banget! Fantasi saya cuman buat ngeliat pahanya doang! Kini tubuhnya yang half naked ‘teronggok’ di hadapan saya. What should i do? Thats my friends little sista! Namun karena Nggak mau menyia-nyiakan waktu, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti arus saja. Let it flow, man! Jantung saya berdebar makin kencang ketika kedua tangan saya menyentuh dan terus menguruti bagian punggung dan pinggang wanita ini. Darahku terasa makin panas dan kerongkonganku menjadi kering. Tangan saya terasa bergetar tiap kali menyentuh permukaan kulitnya. Saya Nggak tahu apakah Noni merasakan hal yang sama. Yang jelas ia tetap fokus menyaksikan TV.
“Bawah lagi, Mas..,” serunya lirih ketika tanganku mentok di batas atas CD krem-nya.
Kepalang basah, saya turunkan sedikit karet cdnya. Lalu meneruskan mengurut. Lama kelamaan malah saya mulai berani merogoh ke dalam hingga menyentuh belahan pantatnya. Noni terlihat sedikit ‘gelisah’. Kadang-kadang mukanya dibenamkan ke bantal yang dipeluknya. Setelah menambah minyak telon, saya pindah posisi ke tengah antara kaki kanan dan kirinya setelah terlebih dahulu menggeser kaki kirinya dengan lembut. Noni tampak pasrah dan tidak melawan. Kepalanya kini tertunduk sambil terus menggigit bibir bawahnya.
Lalu mulai kuurut lagi dari ujung belahan pantatnya menuju ke punggungnya. Sampai di punggung dengan cekatan kulepas kaitan bra nya agar tanganku lebih leluasa ‘bergerilya’. Noni seperti hendak protes, tapi mengurungkan niatnya ketika tanganku mulai mengurut lagi turun ke belahan pantatnya. Melihat gelagat demikian, saya lalu menarik CD-nya hingga ke paha. Noni sendiri mengangkat sedikit pantatnya untuk memudahkanku. Kini tampak pantat telanjangnya dengan lubang anus yang berwarna pucat. Dan vaginanya ‘mengintip’ di selangkangnnya dengan indahnya.
Saya jelas sudah tidak konsen lagi melihatnya. Kedua tanganku terus meremasi bongkahan pantatnya. Lalu tanganku mulai merenggangkan kedua belahan pantatnya ke arah yang berlawanan sehingga lubang anusnya semakin tampak. Segera saja ku’daratkan’ lidahku disana lalu kukorek-korek dengan perlahan. Noni terdengar mengerang pelan. Pantatnya secara reflek diangkat sehingga makin memudahkan lidahku menunaikan tugasnya. Sasaranku berikutnya turun ke bawah ke arah belahan vaginanya.
Terasa sudah becek dan mengeluarkan aroma yang khas. Kukorek-korek untuk mencari klitorisnya lalu ku sedot. Noni menggelinjang hebat. Segera kutangkap pantatnya lalu dengan tangan kiri kukorek-korek anusnya. Kini erangan Noni jelas terdengar. Pantatnya terlempar ke atas dan ke bawah. Ke kiri dan ke kanan. Tangan kananku segera membuka zipper celanaku dan membuka rislettingnya. Dengan terburu-buru segera saya loloskan penisku yang sudah setengah ‘ngaceng’.
Sambil terus mengorek anusnya, Saya merangkak ke atas, menempelkan penisku di permukaan vaginanya lalu menggesekannya sambil meremas toket kanannya yang menggelayut. Dengan posisi demikian, kuciumi tengkuknya (Banyak cewek mempunyai kelemahan di tengkuk) dengan ganas dan rakus. Noni kembali menggelinjang dan menegang. Agaknya ia mengalami orgasme dini.
Karena nggak mau ketinggalan momen, segera kuarahkan penisku ke liang vaginanya. Terasa basah dan makin berlendir. Ternyata memang Noni baru saja mengalami orgasme. Perlahan kutekankan penisku memasuki liang vaginanya. Noni melenguh pendek. Sedetik kemudian malah ia yang mendorong pantatnya ke belakang. Penisku telah tertelan vaginanya dengan penuh. Kudiamkan sejenak sambil menikmati sisa-sisa orgasme Noni.
Lalu kugenjot perlahan sambil terus meremasi kedua toketnya. Terasa nikmat ke seluruh syaraf tubuhku. Tiap genjotan seolah mengalirkan aliran listrik ke setiap nadiku. Nonipun asik dengan aktivitasnya sendiri. Kedua tangannya menahan berat tubuhnya sambil terus menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya posisi doggy style ini merupakan posisi kelemahanku. Terbukti sekitar 5 menit kemudian aku merasakan aliran hangat yang siap meledak. Tiba-tiba HP Noni berbunyi. Tulisan ‘My bro’ terbaca di layar lcdnya. Kami berdua saling berpandangan. Lalu tanpa mengubah posisi kami, dengan tenang Noni meraih hpnya sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
“Non! Si Tomi masih disitu Nggak?” terdengar suara dari ujung sana.
“Euu.. I.. Iya. Mas dimana?” jawab Noni gugup.
“Lagi ngapain si Tomi? Kok Mas telpon nggak diangkat terus?” selidik Herry.
Karena merasa tanggung, saya nggak kuat untuk terus diam. Segera saja saya teruskan menggenjot Noni dari belakang. Noni melirik sewot ke belakang. Namun ia tidak punya pilihan lain selain ikut bergoyang dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara yang ‘mencurigakan’. Melihat itu, saya cuman tersenyum sambil tertawa dalam hati. Hehehe lucu juga.
“Kaya.. Nya seh lagi ti.. dur gitu. Mas dimana?”
“Coba Noni lihatin di kamar Mas. Bilangin 15 menitan lagi Mas nyampe. Jangan dulu pulang!”
“Ok, ntar Non.. ni bilangin,” kata Noni sambil berusaha menahan erangan nikmatnya.
Saya makin menggila menyodok dari belakang.
“Kamu napa seh? Kaya yang kecapean gitu!” curiga Herry.
“Nggak, mas. Noni kaget aja bangun tidur gara-gara Mas telpon,” alasannya.
“Tidur ajah! Ya sudah ya! Bye!”.
Baru HP ditutup, Noni langsung menjerit nikmat dengan lantang sambil mendelik ke arahku. Saya sempat kaget tapi tidak menghentikan kegiatanku malah makin mempercepat gerakanku. Orgasmeku yang sudah diambang pintu, hilang entah kemana. Tampaknya hatiku terlalu ‘exiting’ dengan adanya telpon dari Herry tadi sehingga ML kali ini sedikit menengangkan. Namun justru menambah kenikmatan dan variasi suasana.
Namun lain dengan Noni. Setelah melenguh lagi sambil mencengkram ujung sprei, kembali orgasme melandanya. Cairan hangat terasa menyirami penisku. Kuhentikan genjotanku sesaat untuk membiarkannya menikmati raihan orgasmenya sambil merasakan kedutan halus di sepanjang permukaan kulit penisku. Setelah mereda, tak sengaja kulirik jam dinding. Ops..10 menit lagi Herry tiba! Kembali kugenjot vagina Noni untuk segera meraih orgasme itu.
Keringat sudah mulai membasahi tubuh kami. Sensasi ketegangan yang kurasakan justru memperlambat orgasmeku. Namun saya yakin bahwa orgasme yang kelak kurasakanpun akan jauh lebih nikmat dari yang biasanya. Kurapatkan lagi tubuhku dengan tubuhnya serapat mungkin. Kuremas-remas kedua payudaranya yang menggakntung indah. Perlahan tangan kananku turun menyusuri perut dan berakhir di ujung ‘memek’nya. Kugosok-gosok jariku sambil mempercepat ritme sodokanku. Terasa ada arus hangat yang menjalari sekujur tubuhku. Semuanya mengalir cepat dan menyatu di pangkal penisku. Lalu tanpa dapat kutahan lagi semuanya berkumpul lalu melaju deras seakan ingin mendobrak ujung penisku dengan derasnya.
Kubenamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Noni. Kutumpahkan spermaku sebanyak-banyaknya disana. Mataku terpejam. Sambil menggeram kucakarkan tanganku di perut dan payudara Noni. Noni merintih kecil sambil kedua tangannya menekan pantatku sedalam-dalamnya agar dapat menusuk lebih dalam lagi. Kurasakan seperti ada beban yang terlepas dari otakku. Mungkin inilah candu yang selama ini di’addict’ para pemuja sex (baik sah maupun tidak). Tubuh Noni tanpa bisa kutahan ambruk ke kasur.
“Aduh!” serunya. Rupanya ia lupa kalau kaki kanannya masih belum pulih! Hehehehe
Segera kurapikan bajuku dan kutarik celana panjangku yang tadi merosot sebatas lutut. Saat ini seharusnya Herry sudah tiba. Tanpa buang waktu lagi kukecup lembut kening Noni lalu berlari ke kamar Herry dengan tidak lupa menutup pintu kamar Noni. Sampai di kamar lalu ku cek HP-ku. 9 missed calls tertera di lcd-nya. Tiba-tiba terdengar suara kunci yang diputar dipintu bawah disusul suara pintu terbuka dan langkah kaki. Langkah tadi berlari menaiki tangga lalu berhenti di depan pintu kamar Herry.
‘Brak!’pintu kamar terbuka..
“Aduh sori banget, Tom. Eh.. Lagi tidur ya?” muka Herry nongol dengan ekspresi bersalah.
“Mm tadi gue nungguin lo sambil nonton film gitu. Eh ketiduran..,” kataku sambil berlagak kucek-kucek mata lalu mematikan media player.
“Sori ya, Tom. Tadi cewek gue mendadak minta anter gitu ke tempat temennya. Mana nggak ada sinyal lagi! Nggak marah kan?”
“Ahh.. Calm. Enjoy aja lagi!” kataku sambil tersenyum kecil.
Peristiwa tadi merupakan rahasiaku dengan Noni. Kami tidak (belum?) pernah melakukannya lagi karena menghormati pasangan masing-masing. Mungkin saat itu ia hanya merasa horni akibat peningkatan hormon menjelang masa menstruasi (dan saya ada di waktu dan tempat yang tepat? Hehehe). Kami selalu berusaha berlaku wajar bila bertemu. Yang masih menjadi pertanyaan dalam hatiku adalah kok bisa yah saya ML tanpa melakukan ciuman ‘lips to lips’?
Komentar, kritik dan saran selalu saya tunggu.
E N D
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,